Powered By Blogger

Monday, January 28, 2013

Hening Malam di Pantai

Oleh : Faqih Hindami

Gelombang berteriak gaduh
Merusuh kelam hati
Anak Adam dengan rindu duduk di atas pemecah gelombang
Mengadu pada terang bulan
Cukup kerlip bintang jadi kawan sepi

Friday, January 11, 2013

Hujan dan Senja

"Senja di dermaga itu mengingatkanku pada tempat hati kita pertama kali bertemu. Hujan masih belum habis benar jatuh dari cumulo nimbus yang beriring ke Timur. Angin berhembus memporakporandakan dahan waru yang menggenggam lemah daun kecil. Mengoyangnya perlahan. Hingga ia terlepas, berpilin, kemudian jatuh berguling diantara pasir-pasir pantai yang basah. “Senja dan hujan..perpaduan yang menarik bukan..? Mereka bertentangan namun saling melengkapi keindahan masing-masing” bisikmu perlahan waktu itu.

Essai : Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Budaya Lokal

Oleh : Faqih Hindami

Kehidupan manusia dikelilingi oleh budaya, hal ini disebabkan karena manusia selalu berupaya untuk mempertahankan eksistensinya dalam kehidupan yang mengharuskannya selalu bersinggungan dalam lingkungan sekitar, baik lingkungan fisik dan non fisik.
Proses pembentukan budaya di atas berlangsung berabad-abad dan betul-betul teruji sehingga membentuk suatu komponen yang betul-betul handal, terbukti dan diyakini dapat membawa kesejahteraan lahir dan batin. Komponen inilah yang disebut dengan jati diri. Di dalam jati diri terkandung kearifan lokal (local wisdom) yang merupakan hasil dari Local Genius dari berbagai suku bangsa, kearifan lokal inilah seharusnya dirajut dalam satu kesatuan kebudayaan (Culture) untuk mewujudkan suatu bangsa yaitu, Bangsa Indonesia. Budaya dilahirkan beribu tahun yang lalu sejak manusia ada di Bumi. Kebiasaan yang bagai telah menjadi dan membentuk perilaku manusia tersebut diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Budaya itu sendiri merupakan suatu produk dari akal budi manusia, itu setidaknya apabila dilakukan pendekatan secara etimologi. Budaya dalam hal ini disebut kebudayaan sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Dalam pergiliran budaya antar generasi ini dibutuhkan adanya generasi perantara yang sudah mampu melakukan pemahaman dari generasi tua dan mampu mengkomunikasikan ke dalam bahasa yang ringan dan mudah dimengerti oleh generasi selanjutnya.

Bunga Rindu


Oleh : Faqih Hindami


Terang di garis cakrawala, rinai hujan
Siluet jingga senja yang megah
Lelampu malam kota, sorak para muda
Segalanya mengantarkanku pada kerinduan
Aku sangan membenci jarak
Aku tak ingin pulang!

Forflayli

Oleh : Faqih Hindami

Aku pergi, sobat
Seluruh jingga cakrawala malam
Juga riang pagi-pagi kita
Semua telah rapi tersimpan


Dan ku titipkan dengan harap
Kelak kita akan berpulang
Pada wisma bekas kita bermimpi dalam lelap
Di sudut kota yang terus berseru riuh

Rapsodi : Pada Gemilang Pagi

Oleh : Faqih Hindami


Sanding aku dan melangkahlah
Abaikan riuh bocah-bocah di pinggir jalan
Biar aku tunjukkan cakrawala kota
Dan sudut mata jalan-jalan kita

Ikuti saja alur gugur daun kaki bukit
Dengar hutan meniup embun
Dan elusan lembut angin pada rambut rumput
Biar kau tau gemilang pagi di kotaku
Saat cintaku berjalan pada perkasihan tak berujung

Sanding aku dan melangkahlah jauh
Hirup aroma gemilang
Dan tataplah cintaku di relung mata
Biar kau tau aku yang kau sanding penuh harap
Sebelum kau pergi direnggut kejam waktu

Aku dan Kursi Bisu

Oleh : Faqih Hindami


Malamku hilang terbang.
Diksiku lenyap tenggelam dalam peluh.
Rapsodiku tak lagi berada.
Dan setangkai putih abadi pun layu. Mati.
Seperti jiwaku yang berganti.

Semua ku tukar dengan sesal.
Pada buli yang orang lain agungkan.
Hingga bebas ku terenggut.

Ucap, angan, dan seluruh senjaku, pagiku,
semua tertahan pada satu kekuasaan.
Hingga satu cintaku pergi kar’nanya,
kursi bisu yang ku duduki ini,
tetap diam

2012


2012

      Aku mulai bisu.
Aku rindu masa ketika tak ada yang bisa menyumpal diksiku demi sebuah rapsodi.

Kembalikan waktuku, Tuhan..!!

Faqih Hindami

Kenangan Malam

Oleh : Faqih Hindami

Aku kembali pada malam-malam terang. Beranjak dari ufuk timur kelam
sang permaisuri malam merauni langit. Sinarnya terpantul di mata serigala hutan.
Cumulus dan cirrus gelap mengiringnya.


Tangkai-tangkai Colorado Columbine berdansa, di bawah langit malam terbias benderang bulan, menebar aroma malam-malam kenangan. Angin mengangkatnya terbang, lalu menjatuhkannya pada satu ingatan. Tentang seorang bocah dengan kerling di matanya, duduk di bangku sebuah perpustakaan, bersama buku-buku usang dari almari, dan gadis kecil yang memantulkan cahaya purnama dari matanya duduk di sampingnya.

Aku berbaring di atas rumput-rumput basah yang melambai riang di bawah sinar terang.
Sesekali embun malam menampar-nampar wajahku. Bukit-bukit meniupkan kenangan ke jalan raya, kenangan tentang gadis periang yang mengabariku tentang satu cinta di suatu senja.

Bulan menutup diri di pucuk kering Flamboyan. Cahayanya mengintip ke dalam ruang kosong terkunci. Dulu peluh seorang bocah pernah jatuh ke lantainya, saat kegugupan habis menelan jiwanya. Angin luar saja enggan mengusapnya, ketika daun kering jatuh dari rantingnya, hingga cinta dari mata seorang gadis meyakinkannya.

Aku kembali pada malam-malam terang. Cukuplah kenangan itu mencemooh & menjilat pucat pasi wajahku. Dan biarkan udara malam jadi penafsir kata demi kata
pada kertas-kertas lusuh dengan tetes tinta hitam. Hingga pujian terucap pada sajak putih yang abadi.

Calla Lily


Calla Lily
Oleh : Faqih Hindami

Kita melangkah berdua.
Keluar dari pekarangan.
Bicara hidup. Bicara tentang cinta yang kalis.

Surat Dalam Kamar


Surat Dalam Kamar
Oleh : Faqih Hindami


Bocah lugu yang kau ajari bersepeda dulu,
kini dewasa. Pemuda yang bersandar pada kehormatan itu,
kini punya keinginan dan berani melangkah sendiri.

Rapsodi : Dalam Hening Malam


Rapsodi : Dalam Hening Malam
Oleh : Faqih Hindami


Pukul tujuh tepat.
Bersembunyi pada kelam malam.
Yang mewarnai langit timur dengan rona merah.
Pujian terucap. Terpukau. Yang ku nanti tiba jua.
Dan pemuisian tentang malam mulai lagi.

Kala Senja

Oleh : Faqih Hindami


Kala senja mulai rawuh, bulan putih di atasku berlari,
merauni langit, dan surya berlabuh ke bawah cakrawala
Lazuardi merekah merah kesumba, dan tak lagi ada yang membirukan langit,

aku merindu
Menunggu dan merindu sejak bulan baru
Kerawuhan seorang kasih pada tanah asali

Malam Seorang Muda

Oleh : Faqih Hindami


Seorang muda menatap ufuk timur langit senja
Mendengar lagu haru tentang cinta
Dirinya merindu kekasih yang jauh
Untuk dicapai langkah kakinya yang berpeluh

Seorang muda menemui malam sunyi
Bulan penuh rona merah adalah teman setia
Bukanlah kegilaan yang merasuk jiwanya
Ia hanya tak mampu menahan rindu pada kasihnya

Seorang muda melangkah di bawah langit kelam
Merenungi malam kosong tanpa riuh
Jiwanya mengesah menahan keluh
Hatinya tak dapat menghalau rindu yang membetah

2011


2011

Aku kembali dalam sajak
Aku kembali pada hening malam
Senja di sudut dermaga
dan bunga gemilang pagi pada satu sudut kota cinta






Faqih Hindami

Kepada Kawan

Oleh : Faqih Hindami


Tak bakal kebohongan itu aku relakan
Tak pernah ku ikhlaskan dusta
Hingga kau akhiri itu

Aku bukan kerani pelayanmu
Bukan pula pemuas inginmu

Aku hanya orang benar yang terasing

Demi seorang adam yang menguak jendela di depannya,
ilmu yang ranum, baju yang lusuh, orang munafik
sadarilah kebodohanmu, kawan!
Jiwamu penuh dosa
Hidupmu penuh dusta

Kapan kau akan dengar keluh orang yang benar?
Tak inginkah kau tenang?
Kebimbangan bakal penuhi hidupmu seluruh

Bisu

Oleh : Faqih Hindami


Aku kecewa pada satu sesal di petang hari
Kekeluan dari dalam, kejur kaku kelam malam
Senyum dan tawa seorang penyair tak lagi berarti
Telah kau bekukan lagakku dengan lidahmu

Aku kecewa pada satu sesal di petang hari
Aku tak bersaksi pada seorang adam
Cuma bersegara, dan berlagak
Bukannya bangkit, membentak, dan mencela

Keluhmu tak dapat habiskan problema
Bukankah sejak lama ujaran itu merasuk dalam jiwa
dan menghujam batinmu
hingga mulutmu beroleh laknat?

Telah ku sesali satu kericuhan di petang hari
Aku ingin saja diam. Membisu sampai bisu
Hingga tak lagi ada yang menghujam hatimu

2010


2010

      Aku ingin pergi, lari!
Karyaku, cintaku, segalanya ingin ku buang jauh bagai sampah.
Hingga tak tersisa lagi...
Seperti terenggut kejam waktu..
Atau termakan habis kenangan bisu.











Faqih Hindami

Jawaban

Oleh : Faqih Hindami


Aku melakukan semua cuma untukmu
Aku diam dan bisu
Tak ingin ada marah, gusar, kesal yang membakar
Tak mau ada sangsi berada dalam diri

Dan kau pasti tak tahu bahwa aku lakukan
sebab aku percaya penuh seluruh

Ingatan

Oleh : Faqih Hindami


Tanpa sedikitpun kenginan, hari ini
telah ku kenang semua.
semua.

Usahaku memenangkan hatimu
Kesabaranku menenangkan emosimu
Kekalahanku berbantahan denganmu
Kemenanganku meyakinkanmu
Kesedihanku sebab kau kesal
Ketakutanku kau hilang

Tanpa sedikitpun keinginan, malam ini
aku mengenang semua
cerita lama cinta yang terus berjalan

Poetri ini Aku Tulis

Oleh : Faqih Hindami


Poetri ini aku tulis. Untukmu
Karena mencintaimu
Dan merasa kehilangan
Jika kau tak peduli

Poetri ini aku tulis
Karena aku penepat janji-janji
Karena aku ingin kau tahu, bahwa
Aku tidak selalu lupa dengan kenangan
Yang kau sebut ‘important history’ itu

Poetri ini aku tulis
Seraya mengenang semua kesenangan dan kepedihan
Sambil lalu aku baca pesan indah dalam selulerku
Semuanya tentangmu. Dan
Ingatan yang tak dapat pergi
Berada kembali

Poetri ini aku tulis
Sebab aku takut benar-benar kehilangan
Karena Cuma sedikit kesal dan maaf

Poetri ini aku tulis
Karena aku cinta


Rapsodi: 24 (Surat Buat Rinda)

Oleh : Faqih Hindami


Dalam perjalanan, kita

24

Oleh : Faqih Hindami


Sejak ini,
Aku selalu di sisimu
Sampai saat ini

Kita melangkah ke depan
Sama-sama memperhatikan
Hasut. Dusta
Kadang mengkhianat antara kita
‘tika kita tak lihat yang benar

Tenggelam dalam akal
Mengalir dengan darah

Kita tetap bertahan

2009


2009

Semua ku tukar dengan cinta.
Dan aku bercermin dalam diri.
                Aku nyaris kehilangan jiwa.
Jiwaku berganti bagai jiwa penyair mati.
Aku keluar, berusaha pulang.
Ini, AKU









Faqih Hindami

Jauh Dalam Jiwa


Jauh Dalam Jiwa
Oleh : Faqih Hindami


Jauh dalam jiwa

Buat Jiwamu


Buat Jiwamu
Oleh : Faqih Hindami


Buatmu
Kulukis cintaku di jiwa
Ku baca sajak putihnya binatang jalang
Kubikin taman pelangi

Bait Buat Rinda


Bait Buat Rinda
Oleh : Faqih Hindami


Kau sampingku indah matamu
Padaku menatap

2008


2008


Semua ku awali dengan riang.
     Ku jalani dengan paksa.
                Lalu ku akhiri dengan sesal.

 Ini, goresan tinta pena sang hina muda.