Oleh : Faqih Hindami
Mestinya
kau tetap disini
Menyesap
hangat surya, juga sejuk yang ditiupkan embun ke tepi jalan raya, dan gemilang
pagi yang dijelmakan kala malam tadi kita puas ngimpi.
Mestinya
kau tetap disini
Menyaksikan
ranting-ranting pohon kecil tumbuh, meneduhi tanah yang basah karna sudah
terlalu banyak peluh kita yang tumpah,
mempertanyakan
hidup yang cuma menimbulkan kesah.
Mestinya
kau tetap disini
Menanti
ia kembali, membopong pulang impi yang didongengkan kemarin hari, dari stasiun
yang loncengnya tak berdenting lagi.
Mestinya
kau tetap disini
Ketika
dua cangkir coklat hangat disuguhkan di antara temaram lampu di penghujung
malam,
saat tiba
waktunya kita bercakap-cakap tentang kejayaan di siang hari yang lelah.
Mestinya
kau tetap disini
Menilik
airmata rindu yang jatuh satu-satu,
Mengenang
cinta yang pernah kau ikrarkan dulu.
Sungailiat,
18 Januari 2015
No comments:
Post a Comment